PERGI JAM 6 TIBA JAM 6 ( MAKASSAR - JAKARTA)

(catatan 22 maret 2016)



Sore itu kami tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makassar pada pukul 17.45 WITA, setelah melakukan perjalana selama kurang lebih satu jam dari Kendari, cahaya remang remang sang mentari   sore itu itu seakan mengatakan  selamat datang  di kota Daeng ( Makassar) kepada kami, di tamabah dengan hawa  Kota Makassar yang cukup dingin sore itu seakan menjadi pertanda bahwa sebentar lagi sang penguasa siang akan meninggalkan peraduannya,cukup melelahkan memang tapi itu tidak menjadi hambatan buat Kami  untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Bandara soekarno-Hatta Jakarta. setelah melakukan check in dan dan melewati pintu pemeriksaan  kemudian kami diarahkan menuju Ruang tunggu untuk menunggu pengumuman keberangkatan selanjutnya. ya, menunggu lagi , itulah suatu pekerjaan yang sangat menyebalkan ,  saya teringat dengan lirik lagu dari band asal Kendari  “Zifilia” yang liriknya  “menungggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku” Kira-kira begitulah  gambaran perasaan kami  yang sedang  Duduk di Ruang Tunggu 

 setelah lama menunggu tiba tiba terdengar  pengumuman bahwa Penerbangan dengan Rute Makassar-Jakarta silahkan menuju Gate 6. Rombongan kamipun mulai bergegas menuju gate 6 sambil masing menyodorkan Boarding Pass pada petugas, tidak terasa sebentar lagi kami akan meninggalkan Makassar dan akan segera tiba di Jakarta. kami mulai memasuki Burung Besi yang bertuliskan  LION  AIR   dan  nantinya burung besi inilah yang   akan membawa kami menuju  Sang Ibu kota Indonesia. burung besi itu mulai mengerahkan seluruh kekuatanya untuka lepas landas dan akan membawa kami terbang melintasi angkasa bersama indahnya sang mentari sore,  saya mulai melirik jam tangan dan  saat itu menunjukan pukul 18.00 Wita, yang Berarti  kami akan segera meniggalkan kota  daeng yng terkenal dengan uang “Panainya”. selamat tinggal kota Daeng 

       Langit sore itu Nampak begitu indah, Saya sangat bersyukur karena perjalanan kali ini ditemani oleh angin dan awan sore yang berarak-arakan menemani sang mentari kearah barat  , searah dengan perjalanan saya menuju kearah barat Indonesia tepatnya pulau Jawa. setelah  pramugari selesai mempraktekan simulasi keselamatan selama di  pesawat , masing masing penumpang mulai sibuk dengan kegiatanya, kali ini saya duduk tepat disamping jendela sang burung besi,  dengan jelas saya  memandang  langit sore  dengan  awan merahnya  saling berkejar kejaran tanpa lelah menemani sang mentari yang sebentar lagi akan pergi  di telan waktu  ,   Indah sekali, Betapa bagusnya ciptaan tuhan pada sore ini, seakan menjadi pertanda kebesaran tuhan sang pencipta alam semesta 

         Sang Waktu terus bergulir dengan lancarnya , terdengar pengumuman dari Pramugari bahwa 15 Menit Lagi  sang burung besi akan segera mendarat,  pertanda bahwa   sebentar lagi kami akan tiba di tempat tujuan, sang burung besi dengan gagahnya mulai melintasi langit Kota Jakarta yang berkilaun diterangi oleh lampu lampu jalan dan bangunanan  , mata sayapun begitu dimanjakan dengan pemndangan ini , tidak terasa tibalah saatnya sang burung besi ini mulai mengayunkan kakinya untuk segera mendarat, Alhamdulillah akhirnya Kami tiba dengan selamat , setelah mengemasi barang saya beserta rombongan mulai bergegas menuju pintu kedatangan  Tiba- tiba saya terkejut  melihat jam dinding yang menunjukan Pukul 18.00,  itu artinya perjalanan saya tadi dari Makasar ke Jakarta  tidak memakan waktu, saya mulai bingung dengan kejadian  ini, apakah mungkin ini efek dari perpindahan waktu dari WITA ke  WIB atau ada kemungkinan yang lain  , ada baikanya persoalan kita tanyakan saja pada  sang penemu teori relativitas  “ Robert Einstein

Bersambung.....!!

OMBO SEBAGAI TRADISI YNG DAPAT MENUNJANG PENDAPATAN EKONOMI MASYARAKAT



Desa Wabula salah satu  desa yang berada di Kecamatan Wabula, kecamatan paling ujung di Kabupaten Buton berbatasan langsung dengan kecamatan Lapandewa yang termasuk di dalam wilayah Kabupaten Buton Selatan. Desa ini berdiri sejak tahun 1978, desa ini masuk dalam kategori desa tertua di antara tujuh desa lainnya yang berada di kecamatan Wabula bahkan namanya pun tidak berubah tetap menjadi Desa Wabula, namun yang menjadi perhatian utama di desa ini yaitu keindahan pantainya yang belom tereksplor secara maksimal. Pantai di desa wabula dapat di lihat pada gambar 1.

pantai desa wabula


Masyrakat Wabula merupakan masyarakat yang bisa di katakan berada di garis kemiskinan , letak dari ibu kota mungkin sala satu alasan yang menjadikan masyarakat berada di garis kemiskinan. Namun jika  di lihat dari kawasan potensi wilayah, masyarakat wabula bisa berkreasi untuk meningkatkan pendapatan dengan  memanfaatkan tradisi ,salah satunya tradisi ombo yang bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan turun temurun  dari desa tersebut. adapun keunggulan dari tradisi ombo ini yaitu masyarakat mampu menarik wisatawan untuk meningkatkan pendapatan. adapun potret  dari  desa wabula dapat  dilihat pada gambar 2.




potret desa wabula






untuk menunjang potensi tersebut maka diperlukan pemberdayaan masyarakat  berbasis tradisi ombo. pemberdayaan masyarakat berbasis  tradisi ombo adalah pemberdayan masyarakat dengan tetap melestarikan tradisi ombo sebagai kearifan local yang menunjang kegiatan pariwisata dan ekowisata   pemberdayan masyarakat tersebut bisa dilakukan dengan sosialisasi/ penyuluhan kepada masyarakat  berupa: Penyuluhan atau sosialisasi terhadap prospek pengembangan usaha kegiatan ekowisata,Sosialisasi penggunaan sarana penangkapan dan pemafaatan sumber daya yang ramah lingkungan untuk menunjang pariwisata, Pelatihan atau peningkatan kreativitas wanita nelayan dan anak remaja perempuan dalam menunjang pariwisata
dengan adanya program diatas diharapkan dapat membantu masyarakat wabula dalam mengembangkan pengetahuan tentang pariwisata dan ekowisata  serta bisa mengembangkan  kreatifitas mereka  dalam hal menciptakan barang/ jasa  sehingga bisa menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan

PEMBERDAYAAN MASYRAKAT BERBASIS TRADISI OMBO MASYARAKAT WABULA UNTUK MENUNJANG PARIWISATA DAN EKOWISATA



Kemiskinan merupakan salah satu fenomena yang ada di Indonesia, dimana kebanyakan  Fenomena kemiskinan tersebut banyak terjadi di masyarakat pesisir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah nelayan miskin di Indonesia pada 2011 mencapai 7,87 juta, atau sekitar 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. “Kemiskinan nelayan menjadi persoalan bangsa Indonesia, mengingat potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Salah satu factor dari meningkatnya angka kemiskinan di wilayah pesisir   adalah kurangnya  SDM dalam mengelola sumber daya yang ada. Selain itu juga adalah kurang perhatian pemerintah dalam hal  pemberdayaan masyarakat pesisir untuk  mengelola sumber daya alamnya
            Ternyata jika kita melihat wilayah pesisir itu  banyak memiliki  potensi sumber daya alam baik  itu  mulai dari tradisi masyarakat , hasil laut, maupun keadaan  alamnya   seperti   keindahan pantai , mangrove, dan   keragaman  terumbu karangnya, tapi potensi ini belum  dimanfaatkan dan tidak dikelola secara terstruktur  dari berbagi pihak yang ada di wilayah itu.  Seandainya jika potensi tersebut dikelola dengan baik  tentu saja  dapat menunjang pendapatan ekonomi bagi masyarakat pesisir
Hal ini juga terjadi di Kecamatan  Wabula, Kecamatan  Wabula merupakan  salah satu kecamatan yang ada di kabupaten buton yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat menunjang perekonomian masyarakat, seperti tradisi ombo yang  merupakan tradisi turun temurun yang digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap eksploitasi   sumber daya alam  yang ada di wilayah pesisir. Yang dimana mayoritas masyarakat  bermata pencaharian   sebagai nelayan.  Kebanyakan nelayan masih tergolong masyarat miskin, dimana   profesi nelayan disana  adalah nelayan tangkap tradisional, yang hanya melaut bergantung pada  musim.
  Pantai wabula yng berpotensi sebagai daerah pariwisata 


Jadi terdapat suatu area   yang di tentukan oleh adat yang dijadikan sebagai  daerah perlindungan laut (DPL). Area  tersebut dikontrol oleh hukum adat dan peraturan desa.kemudia di dukung oleh hamparan pantai berpasir putih dan keragaman ekosistem yang berpotensi bisa dijadikan  sebagai daerah pariwisata dan  ekowisata. Namun potensi yang da tersebut belum bisa mensejahterakan masyarakat di Kecamatan Wabula. Melihat kondisi diatas maka diperlukanlah pemberdayaan masyarakat berbasis “tradisi Ombo”..

Daerah ombo sebagai daerah  adat untuk perlindungan laut masyarakat wabula

   Manfaat yang bisa di peroleh  dengan adanya  program ini adalah  mengurangi angka kemiskinan  masyarakat pesisir  yang ada di desa Wabula .  Selain itu program ini juga membantu pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata untuk berperan dalam pemberdayaan masyarakat. dengan adanya peran pemerintah tersebut diharapkan dapat memberikan edukasi dan pemahaman  kepada masyarakat terhadap perlunya untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa tradisi  dan keindahan alam untuk menunjang perekonomian
Luaran yang diharapkan setelah pelaksanaan program ini adalah agar masyarakat  dapat meningkatkan tradisi ombo ini   sebagai kebiasaan sehari hari agar lingkungan pesisir dapat terkontrol dengan baik hingga sampai pada anak cucu. kemudian dengan pelestarian tradisi ombo setidaknya masyarakat mampu meningkatkan tingkat kesejahteraannya.



PERGI JAM 6 TIBA JAM 6 ( MAKASSAR - JAKARTA)

(catatan 22 maret 2016)



Sore itu kami tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makassar pada pukul 17.45 WITA, setelah melakukan perjalana selama kurang lebih satu jam dari Kendari, cahaya remang remang sang mentari   sore itu itu seakan mengatakan  selamat datang  di kota Daeng ( Makassar) kepada kami, di tamabah dengan hawa  Kota Makassar yang cukup dingin sore itu seakan menjadi pertanda bahwa sebentar lagi sang penguasa siang akan meninggalkan peraduannya,cukup melelahkan memang tapi itu tidak menjadi hambatan buat Kami  untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Bandara soekarno-Hatta Jakarta. setelah melakukan check in dan dan melewati pintu pemeriksaan  kemudian kami diarahkan menuju Ruang tunggu untuk menunggu pengumuman keberangkatan selanjutnya. ya, menunggu lagi , itulah suatu pekerjaan yang sangat menyebalkan ,  saya teringat dengan lirik lagu dari band asal Kendari  “Zifilia” yang liriknya  “menungggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku” Kira-kira begitulah  gambaran perasaan kami  yang sedang  Duduk di Ruang Tunggu 

 setelah lama menunggu tiba tiba terdengar  pengumuman bahwa Penerbangan dengan Rute Makassar-Jakarta silahkan menuju Gate 6. Rombongan kamipun mulai bergegas menuju gate 6 sambil masing menyodorkan Boarding Pass pada petugas, tidak terasa sebentar lagi kami akan meninggalkan Makassar dan akan segera tiba di Jakarta. kami mulai memasuki Burung Besi yang bertuliskan  LION  AIR   dan  nantinya burung besi inilah yang   akan membawa kami menuju  Sang Ibu kota Indonesia. burung besi itu mulai mengerahkan seluruh kekuatanya untuka lepas landas dan akan membawa kami terbang melintasi angkasa bersama indahnya sang mentari sore,  saya mulai melirik jam tangan dan  saat itu menunjukan pukul 18.00 Wita, yang Berarti  kami akan segera meniggalkan kota  daeng yng terkenal dengan uang “Panainya”. selamat tinggal kota Daeng 

       Langit sore itu Nampak begitu indah, Saya sangat bersyukur karena perjalanan kali ini ditemani oleh angin dan awan sore yang berarak-arakan menemani sang mentari kearah barat  , searah dengan perjalanan saya menuju kearah barat Indonesia tepatnya pulau Jawa. setelah  pramugari selesai mempraktekan simulasi keselamatan selama di  pesawat , masing masing penumpang mulai sibuk dengan kegiatanya, kali ini saya duduk tepat disamping jendela sang burung besi,  dengan jelas saya  memandang  langit sore  dengan  awan merahnya  saling berkejar kejaran tanpa lelah menemani sang mentari yang sebentar lagi akan pergi  di telan waktu  ,   Indah sekali, Betapa bagusnya ciptaan tuhan pada sore ini, seakan menjadi pertanda kebesaran tuhan sang pencipta alam semesta 

         Sang Waktu terus bergulir dengan lancarnya , terdengar pengumuman dari Pramugari bahwa 15 Menit Lagi  sang burung besi akan segera mendarat,  pertanda bahwa   sebentar lagi kami akan tiba di tempat tujuan, sang burung besi dengan gagahnya mulai melintasi langit Kota Jakarta yang berkilaun diterangi oleh lampu lampu jalan dan bangunanan  , mata sayapun begitu dimanjakan dengan pemndangan ini , tidak terasa tibalah saatnya sang burung besi ini mulai mengayunkan kakinya untuk segera mendarat, Alhamdulillah akhirnya Kami tiba dengan selamat , setelah mengemasi barang saya beserta rombongan mulai bergegas menuju pintu kedatangan  Tiba- tiba saya terkejut  melihat jam dinding yang menunjukan Pukul 18.00,  itu artinya perjalanan saya tadi dari Makasar ke Jakarta  tidak memakan waktu, saya mulai bingung dengan kejadian  ini, apakah mungkin ini efek dari perpindahan waktu dari WITA ke  WIB atau ada kemungkinan yang lain  , ada baikanya persoalan kita tanyakan saja pada  sang penemu teori relativitas  “ Robert Einstein

Bersambung.....!!

OMBO SEBAGAI TRADISI YNG DAPAT MENUNJANG PENDAPATAN EKONOMI MASYARAKAT



Desa Wabula salah satu  desa yang berada di Kecamatan Wabula, kecamatan paling ujung di Kabupaten Buton berbatasan langsung dengan kecamatan Lapandewa yang termasuk di dalam wilayah Kabupaten Buton Selatan. Desa ini berdiri sejak tahun 1978, desa ini masuk dalam kategori desa tertua di antara tujuh desa lainnya yang berada di kecamatan Wabula bahkan namanya pun tidak berubah tetap menjadi Desa Wabula, namun yang menjadi perhatian utama di desa ini yaitu keindahan pantainya yang belom tereksplor secara maksimal. Pantai di desa wabula dapat di lihat pada gambar 1.

pantai desa wabula


Masyrakat Wabula merupakan masyarakat yang bisa di katakan berada di garis kemiskinan , letak dari ibu kota mungkin sala satu alasan yang menjadikan masyarakat berada di garis kemiskinan. Namun jika  di lihat dari kawasan potensi wilayah, masyarakat wabula bisa berkreasi untuk meningkatkan pendapatan dengan  memanfaatkan tradisi ,salah satunya tradisi ombo yang bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan turun temurun  dari desa tersebut. adapun keunggulan dari tradisi ombo ini yaitu masyarakat mampu menarik wisatawan untuk meningkatkan pendapatan. adapun potret  dari  desa wabula dapat  dilihat pada gambar 2.




potret desa wabula






untuk menunjang potensi tersebut maka diperlukan pemberdayaan masyarakat  berbasis tradisi ombo. pemberdayaan masyarakat berbasis  tradisi ombo adalah pemberdayan masyarakat dengan tetap melestarikan tradisi ombo sebagai kearifan local yang menunjang kegiatan pariwisata dan ekowisata   pemberdayan masyarakat tersebut bisa dilakukan dengan sosialisasi/ penyuluhan kepada masyarakat  berupa: Penyuluhan atau sosialisasi terhadap prospek pengembangan usaha kegiatan ekowisata,Sosialisasi penggunaan sarana penangkapan dan pemafaatan sumber daya yang ramah lingkungan untuk menunjang pariwisata, Pelatihan atau peningkatan kreativitas wanita nelayan dan anak remaja perempuan dalam menunjang pariwisata
dengan adanya program diatas diharapkan dapat membantu masyarakat wabula dalam mengembangkan pengetahuan tentang pariwisata dan ekowisata  serta bisa mengembangkan  kreatifitas mereka  dalam hal menciptakan barang/ jasa  sehingga bisa menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan

PEMBERDAYAAN MASYRAKAT BERBASIS TRADISI OMBO MASYARAKAT WABULA UNTUK MENUNJANG PARIWISATA DAN EKOWISATA



Kemiskinan merupakan salah satu fenomena yang ada di Indonesia, dimana kebanyakan  Fenomena kemiskinan tersebut banyak terjadi di masyarakat pesisir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah nelayan miskin di Indonesia pada 2011 mencapai 7,87 juta, atau sekitar 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. “Kemiskinan nelayan menjadi persoalan bangsa Indonesia, mengingat potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Salah satu factor dari meningkatnya angka kemiskinan di wilayah pesisir   adalah kurangnya  SDM dalam mengelola sumber daya yang ada. Selain itu juga adalah kurang perhatian pemerintah dalam hal  pemberdayaan masyarakat pesisir untuk  mengelola sumber daya alamnya
            Ternyata jika kita melihat wilayah pesisir itu  banyak memiliki  potensi sumber daya alam baik  itu  mulai dari tradisi masyarakat , hasil laut, maupun keadaan  alamnya   seperti   keindahan pantai , mangrove, dan   keragaman  terumbu karangnya, tapi potensi ini belum  dimanfaatkan dan tidak dikelola secara terstruktur  dari berbagi pihak yang ada di wilayah itu.  Seandainya jika potensi tersebut dikelola dengan baik  tentu saja  dapat menunjang pendapatan ekonomi bagi masyarakat pesisir
Hal ini juga terjadi di Kecamatan  Wabula, Kecamatan  Wabula merupakan  salah satu kecamatan yang ada di kabupaten buton yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat menunjang perekonomian masyarakat, seperti tradisi ombo yang  merupakan tradisi turun temurun yang digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap eksploitasi   sumber daya alam  yang ada di wilayah pesisir. Yang dimana mayoritas masyarakat  bermata pencaharian   sebagai nelayan.  Kebanyakan nelayan masih tergolong masyarat miskin, dimana   profesi nelayan disana  adalah nelayan tangkap tradisional, yang hanya melaut bergantung pada  musim.
  Pantai wabula yng berpotensi sebagai daerah pariwisata 


Jadi terdapat suatu area   yang di tentukan oleh adat yang dijadikan sebagai  daerah perlindungan laut (DPL). Area  tersebut dikontrol oleh hukum adat dan peraturan desa.kemudia di dukung oleh hamparan pantai berpasir putih dan keragaman ekosistem yang berpotensi bisa dijadikan  sebagai daerah pariwisata dan  ekowisata. Namun potensi yang da tersebut belum bisa mensejahterakan masyarakat di Kecamatan Wabula. Melihat kondisi diatas maka diperlukanlah pemberdayaan masyarakat berbasis “tradisi Ombo”..

Daerah ombo sebagai daerah  adat untuk perlindungan laut masyarakat wabula

   Manfaat yang bisa di peroleh  dengan adanya  program ini adalah  mengurangi angka kemiskinan  masyarakat pesisir  yang ada di desa Wabula .  Selain itu program ini juga membantu pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata untuk berperan dalam pemberdayaan masyarakat. dengan adanya peran pemerintah tersebut diharapkan dapat memberikan edukasi dan pemahaman  kepada masyarakat terhadap perlunya untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa tradisi  dan keindahan alam untuk menunjang perekonomian
Luaran yang diharapkan setelah pelaksanaan program ini adalah agar masyarakat  dapat meningkatkan tradisi ombo ini   sebagai kebiasaan sehari hari agar lingkungan pesisir dapat terkontrol dengan baik hingga sampai pada anak cucu. kemudian dengan pelestarian tradisi ombo setidaknya masyarakat mampu meningkatkan tingkat kesejahteraannya.