Sejarah kedatangan Wa Kaa Kaa di Wabula

Wa Kaa Kaa (We Khan Khan dalam bahasa China ) adalah seorang  perempuan yang di nobatkan menjadi Raja buton Pertama. Dia adalah keturunan dari Putri  Jayakatwang yaitu Ratnasari yang menikah dengan Kaisar China Kubilai Khan
 Menurut sumber Logika sejarah Asal usul sejarah Wa Kaa Kaa berasal dari Cina  bermula ketika Kubilai khan mengutus  3 orang  panglima besar yakni Jendral Khau Shing (Dungkuchangia) dan Jendral Ike Matsu (Lasaruganca) dan Shi Piy  untuk menghukum Raja Singasari Kertanegara yang membangkang dan tidak mau tunduk terhadap kekaisaran Mongol china. Akan tetapi pada saat itu Raja kertanegara telah mngkat dan digantikan oleh Raja Jayakatwang dari kerajaan Kediri  ( untuk lebih lengkapnya baca postingan sebelumnya /sejarah-wabula-dan-khaun-sin-khang)
 
Sebelum diberangkatkan Singasari Kaisar Kubilai khan telah menegaskan kepada  kedua Panglima ini, jika kedua tidak berhasil menundukan Jawa dibawah kekuasaan Kaisar Kubilaikhan maka akan dihukum MATI.

Saat Pasukan Kubilaukhan yg dipimpin dua jendral ini dihancurkan oleh pasukan Raden Wijaya maka Jendral Khau Shing tidak berani kembali kecina. Dia tetap begerilya dijawa hingga akhirnya melarikan diri dibuton dan terdampar di Wabula.

Ike Metsu memberanikan diri kembali ke cina dengan membawa tawanan Putri Jaya Katwang bernama Ratnasari. Kecantikan Ratna Sari membuat kaisar Kubilikhan tertarik kepadanya  sehingga dijadikan istri Selirnya. Dari Perkawinan Kaisar Kubilaikhan dan Ratna Sari lahirlah WAKAKAA.

Kembali kepada Jendral Ike Metsu sebagaimana janji kaisar sebelumnya bahwa hukuman mati tetap berlaku kepada kedua jendral tersebut maka Jendral Ike Matsu melarikan diri kembali ke Jawa bergabung dengan Jendral Khau Shing. Keberadaan kedua Jendral tersebut tercium oleh Raden Wijaya sehingga keduanya menjadi buronan kerajaan Majapahit.


sehingga upaya yg dilakukan oleh kedua jendral tersebut mencari perlindungan kewilayah nusantara bagian TIMUR. Dalam perjalanan ketimur dan masuk diperairan timur pulau Buton kapal yg ditumpangi mereka karam dipantai Wabula pada karang yg disebut Pasi Mobhengku  oleh masyarakat setempat. Maka mereka mendarat dan menetap di Wabula.

Kembali kepada Kaisar Kubilaikhan dan Putri Ratnasari beserta anaknya bernama Wa kaa kaa. Pada masa itu terjadi Pemberontakan di Cina yg dipimpin Cugoang Cin dari Dinasti Mancu untuk mengkudeta Kaisar Kubilaikhan. Dalam kudeta tersebut Kaisar Kubilai khan dibantai bersama semua kelurganya, yang  lolos dlm pembantain tersebut hanya Ratnasari dan Wakakaa karena mereka tidak memiliki ciri-ciri  sperti orang Cina. Lolosnya  mereka dari pembantain, mengungsi kedaerah pantai pelabuhan sebelah timur Cina yg bernama Swatou.


Ditempat itu Wa Kaa Kaa dididik dan dibesarkan oleh ibunya hingga dewasa. Diusia dewasanya mereka berinisiatif untuk kembali ke Nusantara dan mereka memilih tinggal diwilayah kerajaan Pagar  Ruyung  yang sangat dirahasiakan keberadaanya di kerajaan tersebut. Namun khawatir dengan dendam dari Raja Raja  Majapahit terhadap anak cucu turunan Jaya Katwang  atas saran Raja Pagar  Ruyung  untuk mencari perlindungan diwilayah Timur Nusantara.


Atas informasi bahwa kedua jendral Khau Shing & Ike Matsu ada dibuton tepatnya diwabula maka kedua (Ibu dan Anak) ini berangkat menyusuri Pulau Buton menuju Wabula.
Disana mereka bermukim...!!!

Sejarah Wabula dan Khaun sin khang ( dungkuchangia)







Khau Sing khan adalah Nama seorang perwira tinggi atau panglima tentara kavaleri kekaisaran china berkebangsaan mongol yg di kenal oleh orang buton dengan gelar "Dungkuchangia"
Menurut sejarah khau Sing khan di utus oleh oleh kubilai khan untuk menghukum raja singasari. Kaisar china kubilai khan dari dinasti mongol mengirim satu armada laut yg sangat besar ke jawa (singasari) Untuk menghukum kertanegara karena dengan berani menolak suatu permintaan dari kaisar china untuk tunduk di bawah kekuasan ke kaisaran china. Maka dikirimlah 200000 pasukan tentara Tar tar yg di pimpin oleh 3 panglima yaitu : Ike Matsu (panglima angkatan laut china) Shi Piy (panglima angkatan darat china) dan Khau Sing khan (panglima pasukan berkuda china). Akan tetapi pasukan tersebut dimanfaatkan oleh raden wijaya (pendiri kerajaan majapahit) untuk menaklukkan singasari di bawah pimpinan jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan jayakatwang Ternyata raden wijaya berkhianat dan membantai semua pasukan kavaleri dari china
dari china
Jenderal khau Sing khan berhasil lolos dari pembantaian itu dan segera melarikan diri ke pulau Buton tepatnya di wabula pada pertengahan tahun 1293 M. Ditempat itulah kemudian khau Sing khan menikah dengan seorang putri parabhela wabula bernama "Wa Dawaho"
Kemudian beberapa sultan buton mengambil selir di wabula dengan mengingat sejarah penting khau Sing khan (dungkuchangia). Generasi wanita di daerah itu Di kenal berkulit putih karena adanya asimilasi dengan orang china tersebut. Tempat itu Disebut "Wabula" karena penduduknya kebanyakan berkulit putih dan sawo matang. Menurut bahasa wolio wabula berasal dari kata "bula" yang berarti putih dan tambahan "wa" yg menunjukan perempuan.
Generasi dari hasil perkawinan itu merupakan fakta ilmiah tentang kebenaran bahwa di tempat itu pernah terjadi asimilasi dengan etnis berkulit putih. Hal itu memprkuat argumen bahwa khau Sing khan bersama rombonganya yg berkulit putih mendarat di wabula dan tinggal menetap serta kawin di tempat itu.
Khau Sing khan sendiri mempunyai beberapa Gelar Nama di antara nya di daerah lapandewa dan batauga disebut "Mia mosega" dan di wabula dan wasuemba disebut "La buku torende". Disana dia sangat di segani dan terkenal digjaya,piawai ,Ahli strategi, negarawan di negeri nya dan sebagai panglima kekaisaran china yg terkenal tinggi kebudayaannya.
Oleh karena ketenaran namanya di kalangan masyarakat buton, maka khau Sing khan tidak mendapat kesulitan apapun untuk mendirikan kerajaan sesuai cita-cita nya. Pada tahun 1298 yaitu setelah 5 tahun keberadaan nya di buton khau Sing khan berhasil mendirikan kerajaan "Tobhe tobhe". Wilayah kerajaan Tobhe Tobhe meliputi labhlawa,wabhorobo, burukene, wabula, lapandewa, rongi sempa sempa,kaindea,wurugana, busoa, wawoangi,lakaposuncu, bola, burangasi,wapulaka, katilombu, lipu, malanga, wakaokili watiginanda, kambe kambero, masiri, siompu, kadatua laboora, sampai kalotoa kepulauan karompa. Sejak saat itu Khau Sing khan telah memakai gelar "dungkuchangia"

Pengaruh kerajaan Tobhe tobhe dalam perkembangan nya sampai ke kerajaan kamaru dan todanga sebagai kerajaan tetangganya. Kerajaan kamaru dan todanga di buton Utara berdiri sendiri tidak bergabung dgn kerajaan Tobhe Tobhe kecuali kerajaan batauga.

(Sumber : Buku " Demokrasi Lokal Darul Butuni '' Karya LM Syarif Ma'mum )

Sejarah sultan Murhum ( Halu oleo, La Kilaponto )


         



Pada akhir tahun 1525 murhum berkunjung kekerajaan konawe untuk menjumpai neneknya, Wasitau, yaitu anak raja mekongga Sabulombo dari perkawinannya dengan Wungabae yang sedang sakit karena umur yang sudah lanjut. Dalam kunjungannya tersebut murhum yang sudah terkenal sebagai pahlawan yang berhasil membunuh La Bolontio mendapatkan kepercayaan dari Raja konawe Oheo untuk memimpin perutusan perdamaian kerajaan konawe menyelesaikan sengketanya dengan kerajaan mekongga.
        Demikian atas permintaan raja konawe Oheo Murhum memimpin beberapa Anakia perutusan kerajaan konawe menemui raja kerajaan mekongga Teporambe yaitu pada tahun 1526 yang kebetulan saudara kandung neneknya Murhum yang bernama Wasitau.
Dalam 2 hari perjalanan tibalah tibalah perutusan dimowewe dan disanalah perutusan dapat menemui raja mekongga bersama rombongannya yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tanggetada wilayah selatan kerajaan mekongga.
      Kedatangan rombongan perutusan menimbulkan rasa heran dan curiga raja Mekongga Teporambe, tetapi diterima dengan baik sebab dipimpin oleh murhum atau Lakilaponto sebagai orang yang dipandang netral dalam sengketa antara kerajaan konawe dan kerajaan mekongga yang juga kebetulan termasuk cucunya. Dalam suatu kesepakatan yang telah direncanakan oleh kedua belah pihak diaturlah pertemuan untuk membicarakan maksud baik kedatangan perutusan raja konawe yang dipimpin oleh Murhum. Dalam suatu pertemuan yang kemudian diadakan, Murhum sebagai pemimpin perutusan dari kerajaan konawe mengemukakan maksud dan tujuan raja konawe Oheo untuk menyelesaikan sengketa antara kedua kerajaan.
      Berbagai tanggapan dan penolakan perdamaian muncul dari para pejabat tinggi kerajaan Mekongga, tetapi dengan bijak dan dengan berbijak pada filosofi "kalo" sebagai simbol persaudaraan kebangsaan tolaki-mekongga maupun terhadap kerajaan buton, muna dan kerajaan lainnya
 di mana akhirnya kedua belah pihak kembali sadar dan berhasil menetapkan kesepakatan perdamaian antara kedua kerajaan.
         Inilah peristiwa pertama yang memperkenalkan peradaban "kalo" sebagai simbol persaudaraan antar kerajaan yang bukan saja berlaku antara sesama tolaki, mekongga dan moronene, tetapi juga meliputi kerajaan di sulawesi tenggara. Peristiwa perdamaian itu terkadi pada bulan Rabiul Awal 932 Hijriah tahun 1526.
      Usai pertemuan perdamaian itu Raja Mekongga Teporambe mengikat pula kesepakatan persahabatan dan hubungan perdangan dengan kerajaan buton.Murhum bersama rombongan perutusan tiba di kembali di konawe dan menyampaikan hasil pertemuan bahwa telah terjadi kesepakatan perdamaian dengan kerajaan mekongga, Raja konawe Oheo amat bersuka cita.
Oleh sebab itu atas jasa-jasa Murhum Raja Konawe memberikan beberapa unugerah kehormatan yaitu sebagai:
  1. Dinobatkan sebagai raja dengan gelar " Halu Oleo" 
  2. Dinobatkan sebagai putra bangsa tolaki dengan gelar "Anakia" La Tolaki 
  3. dikawinkan dengan putri raja konawe, Anawai Angguhairah. 
  4. Gelar kehormatan "HALU OLEO" menurut persepsi di buton di berikan karena Murhum mampu menyelesaikan sengketa kerajaan konawe dengan kerajaan mekongga dalam jangka waktu 8 hari. 
  5. Gelar kehormatan Latolaki di berikan oleh raja konawe adalah pengakuan terhadap murhum sebagai putra suku tolaki dari golongan bangsawan atau "Anakia" karena hubungannya dengan wasitau cucu Buburanda. 
  6. Dikawinkanlah dengan putri raja konawe Anawai Angguhairah adalah suatu perhargaan pengakuan kepada Murhum sebagai Raja yang kemudian menurunkan keturunan Raja-raja konawe. Bahwa dalam perkawinan ini sebagaimana di ketahui Murhum memperoleh 3 (tiga) putri yaitu:  
  • Wa Ode Poasia 
  • Wa Ode Lepo-lepo 
  • Wa Ode Konawe
        Dari hubungan perkawinan inilah sehingga generasi kaum tolaki yang berkaitan darah dengan Murhum mempunyai hubungan genealogis dengan Raja-raja Majapahit, kekaisaran China, dan sultan2 buton melalui garis keturunan Murhum.

 ( sumber: buku " Demokrasi Lokal Darul Butuni" karya LM Syarif Ma'mum ) 

Sejarah kedatangan Wa Kaa Kaa di Wabula

Wa Kaa Kaa (We Khan Khan dalam bahasa China ) adalah seorang  perempuan yang di nobatkan menjadi Raja buton Pertama. Dia adalah keturunan dari Putri  Jayakatwang yaitu Ratnasari yang menikah dengan Kaisar China Kubilai Khan
 Menurut sumber Logika sejarah Asal usul sejarah Wa Kaa Kaa berasal dari Cina  bermula ketika Kubilai khan mengutus  3 orang  panglima besar yakni Jendral Khau Shing (Dungkuchangia) dan Jendral Ike Matsu (Lasaruganca) dan Shi Piy  untuk menghukum Raja Singasari Kertanegara yang membangkang dan tidak mau tunduk terhadap kekaisaran Mongol china. Akan tetapi pada saat itu Raja kertanegara telah mngkat dan digantikan oleh Raja Jayakatwang dari kerajaan Kediri  ( untuk lebih lengkapnya baca postingan sebelumnya /sejarah-wabula-dan-khaun-sin-khang)
 
Sebelum diberangkatkan Singasari Kaisar Kubilai khan telah menegaskan kepada  kedua Panglima ini, jika kedua tidak berhasil menundukan Jawa dibawah kekuasaan Kaisar Kubilaikhan maka akan dihukum MATI.

Saat Pasukan Kubilaukhan yg dipimpin dua jendral ini dihancurkan oleh pasukan Raden Wijaya maka Jendral Khau Shing tidak berani kembali kecina. Dia tetap begerilya dijawa hingga akhirnya melarikan diri dibuton dan terdampar di Wabula.

Ike Metsu memberanikan diri kembali ke cina dengan membawa tawanan Putri Jaya Katwang bernama Ratnasari. Kecantikan Ratna Sari membuat kaisar Kubilikhan tertarik kepadanya  sehingga dijadikan istri Selirnya. Dari Perkawinan Kaisar Kubilaikhan dan Ratna Sari lahirlah WAKAKAA.

Kembali kepada Jendral Ike Metsu sebagaimana janji kaisar sebelumnya bahwa hukuman mati tetap berlaku kepada kedua jendral tersebut maka Jendral Ike Matsu melarikan diri kembali ke Jawa bergabung dengan Jendral Khau Shing. Keberadaan kedua Jendral tersebut tercium oleh Raden Wijaya sehingga keduanya menjadi buronan kerajaan Majapahit.


sehingga upaya yg dilakukan oleh kedua jendral tersebut mencari perlindungan kewilayah nusantara bagian TIMUR. Dalam perjalanan ketimur dan masuk diperairan timur pulau Buton kapal yg ditumpangi mereka karam dipantai Wabula pada karang yg disebut Pasi Mobhengku  oleh masyarakat setempat. Maka mereka mendarat dan menetap di Wabula.

Kembali kepada Kaisar Kubilaikhan dan Putri Ratnasari beserta anaknya bernama Wa kaa kaa. Pada masa itu terjadi Pemberontakan di Cina yg dipimpin Cugoang Cin dari Dinasti Mancu untuk mengkudeta Kaisar Kubilaikhan. Dalam kudeta tersebut Kaisar Kubilai khan dibantai bersama semua kelurganya, yang  lolos dlm pembantain tersebut hanya Ratnasari dan Wakakaa karena mereka tidak memiliki ciri-ciri  sperti orang Cina. Lolosnya  mereka dari pembantain, mengungsi kedaerah pantai pelabuhan sebelah timur Cina yg bernama Swatou.


Ditempat itu Wa Kaa Kaa dididik dan dibesarkan oleh ibunya hingga dewasa. Diusia dewasanya mereka berinisiatif untuk kembali ke Nusantara dan mereka memilih tinggal diwilayah kerajaan Pagar  Ruyung  yang sangat dirahasiakan keberadaanya di kerajaan tersebut. Namun khawatir dengan dendam dari Raja Raja  Majapahit terhadap anak cucu turunan Jaya Katwang  atas saran Raja Pagar  Ruyung  untuk mencari perlindungan diwilayah Timur Nusantara.


Atas informasi bahwa kedua jendral Khau Shing & Ike Matsu ada dibuton tepatnya diwabula maka kedua (Ibu dan Anak) ini berangkat menyusuri Pulau Buton menuju Wabula.
Disana mereka bermukim...!!!

Sejarah Wabula dan Khaun sin khang ( dungkuchangia)







Khau Sing khan adalah Nama seorang perwira tinggi atau panglima tentara kavaleri kekaisaran china berkebangsaan mongol yg di kenal oleh orang buton dengan gelar "Dungkuchangia"
Menurut sejarah khau Sing khan di utus oleh oleh kubilai khan untuk menghukum raja singasari. Kaisar china kubilai khan dari dinasti mongol mengirim satu armada laut yg sangat besar ke jawa (singasari) Untuk menghukum kertanegara karena dengan berani menolak suatu permintaan dari kaisar china untuk tunduk di bawah kekuasan ke kaisaran china. Maka dikirimlah 200000 pasukan tentara Tar tar yg di pimpin oleh 3 panglima yaitu : Ike Matsu (panglima angkatan laut china) Shi Piy (panglima angkatan darat china) dan Khau Sing khan (panglima pasukan berkuda china). Akan tetapi pasukan tersebut dimanfaatkan oleh raden wijaya (pendiri kerajaan majapahit) untuk menaklukkan singasari di bawah pimpinan jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan jayakatwang Ternyata raden wijaya berkhianat dan membantai semua pasukan kavaleri dari china
dari china
Jenderal khau Sing khan berhasil lolos dari pembantaian itu dan segera melarikan diri ke pulau Buton tepatnya di wabula pada pertengahan tahun 1293 M. Ditempat itulah kemudian khau Sing khan menikah dengan seorang putri parabhela wabula bernama "Wa Dawaho"
Kemudian beberapa sultan buton mengambil selir di wabula dengan mengingat sejarah penting khau Sing khan (dungkuchangia). Generasi wanita di daerah itu Di kenal berkulit putih karena adanya asimilasi dengan orang china tersebut. Tempat itu Disebut "Wabula" karena penduduknya kebanyakan berkulit putih dan sawo matang. Menurut bahasa wolio wabula berasal dari kata "bula" yang berarti putih dan tambahan "wa" yg menunjukan perempuan.
Generasi dari hasil perkawinan itu merupakan fakta ilmiah tentang kebenaran bahwa di tempat itu pernah terjadi asimilasi dengan etnis berkulit putih. Hal itu memprkuat argumen bahwa khau Sing khan bersama rombonganya yg berkulit putih mendarat di wabula dan tinggal menetap serta kawin di tempat itu.
Khau Sing khan sendiri mempunyai beberapa Gelar Nama di antara nya di daerah lapandewa dan batauga disebut "Mia mosega" dan di wabula dan wasuemba disebut "La buku torende". Disana dia sangat di segani dan terkenal digjaya,piawai ,Ahli strategi, negarawan di negeri nya dan sebagai panglima kekaisaran china yg terkenal tinggi kebudayaannya.
Oleh karena ketenaran namanya di kalangan masyarakat buton, maka khau Sing khan tidak mendapat kesulitan apapun untuk mendirikan kerajaan sesuai cita-cita nya. Pada tahun 1298 yaitu setelah 5 tahun keberadaan nya di buton khau Sing khan berhasil mendirikan kerajaan "Tobhe tobhe". Wilayah kerajaan Tobhe Tobhe meliputi labhlawa,wabhorobo, burukene, wabula, lapandewa, rongi sempa sempa,kaindea,wurugana, busoa, wawoangi,lakaposuncu, bola, burangasi,wapulaka, katilombu, lipu, malanga, wakaokili watiginanda, kambe kambero, masiri, siompu, kadatua laboora, sampai kalotoa kepulauan karompa. Sejak saat itu Khau Sing khan telah memakai gelar "dungkuchangia"

Pengaruh kerajaan Tobhe tobhe dalam perkembangan nya sampai ke kerajaan kamaru dan todanga sebagai kerajaan tetangganya. Kerajaan kamaru dan todanga di buton Utara berdiri sendiri tidak bergabung dgn kerajaan Tobhe Tobhe kecuali kerajaan batauga.

(Sumber : Buku " Demokrasi Lokal Darul Butuni '' Karya LM Syarif Ma'mum )

Sejarah sultan Murhum ( Halu oleo, La Kilaponto )


         



Pada akhir tahun 1525 murhum berkunjung kekerajaan konawe untuk menjumpai neneknya, Wasitau, yaitu anak raja mekongga Sabulombo dari perkawinannya dengan Wungabae yang sedang sakit karena umur yang sudah lanjut. Dalam kunjungannya tersebut murhum yang sudah terkenal sebagai pahlawan yang berhasil membunuh La Bolontio mendapatkan kepercayaan dari Raja konawe Oheo untuk memimpin perutusan perdamaian kerajaan konawe menyelesaikan sengketanya dengan kerajaan mekongga.
        Demikian atas permintaan raja konawe Oheo Murhum memimpin beberapa Anakia perutusan kerajaan konawe menemui raja kerajaan mekongga Teporambe yaitu pada tahun 1526 yang kebetulan saudara kandung neneknya Murhum yang bernama Wasitau.
Dalam 2 hari perjalanan tibalah tibalah perutusan dimowewe dan disanalah perutusan dapat menemui raja mekongga bersama rombongannya yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tanggetada wilayah selatan kerajaan mekongga.
      Kedatangan rombongan perutusan menimbulkan rasa heran dan curiga raja Mekongga Teporambe, tetapi diterima dengan baik sebab dipimpin oleh murhum atau Lakilaponto sebagai orang yang dipandang netral dalam sengketa antara kerajaan konawe dan kerajaan mekongga yang juga kebetulan termasuk cucunya. Dalam suatu kesepakatan yang telah direncanakan oleh kedua belah pihak diaturlah pertemuan untuk membicarakan maksud baik kedatangan perutusan raja konawe yang dipimpin oleh Murhum. Dalam suatu pertemuan yang kemudian diadakan, Murhum sebagai pemimpin perutusan dari kerajaan konawe mengemukakan maksud dan tujuan raja konawe Oheo untuk menyelesaikan sengketa antara kedua kerajaan.
      Berbagai tanggapan dan penolakan perdamaian muncul dari para pejabat tinggi kerajaan Mekongga, tetapi dengan bijak dan dengan berbijak pada filosofi "kalo" sebagai simbol persaudaraan kebangsaan tolaki-mekongga maupun terhadap kerajaan buton, muna dan kerajaan lainnya
 di mana akhirnya kedua belah pihak kembali sadar dan berhasil menetapkan kesepakatan perdamaian antara kedua kerajaan.
         Inilah peristiwa pertama yang memperkenalkan peradaban "kalo" sebagai simbol persaudaraan antar kerajaan yang bukan saja berlaku antara sesama tolaki, mekongga dan moronene, tetapi juga meliputi kerajaan di sulawesi tenggara. Peristiwa perdamaian itu terkadi pada bulan Rabiul Awal 932 Hijriah tahun 1526.
      Usai pertemuan perdamaian itu Raja Mekongga Teporambe mengikat pula kesepakatan persahabatan dan hubungan perdangan dengan kerajaan buton.Murhum bersama rombongan perutusan tiba di kembali di konawe dan menyampaikan hasil pertemuan bahwa telah terjadi kesepakatan perdamaian dengan kerajaan mekongga, Raja konawe Oheo amat bersuka cita.
Oleh sebab itu atas jasa-jasa Murhum Raja Konawe memberikan beberapa unugerah kehormatan yaitu sebagai:
  1. Dinobatkan sebagai raja dengan gelar " Halu Oleo" 
  2. Dinobatkan sebagai putra bangsa tolaki dengan gelar "Anakia" La Tolaki 
  3. dikawinkan dengan putri raja konawe, Anawai Angguhairah. 
  4. Gelar kehormatan "HALU OLEO" menurut persepsi di buton di berikan karena Murhum mampu menyelesaikan sengketa kerajaan konawe dengan kerajaan mekongga dalam jangka waktu 8 hari. 
  5. Gelar kehormatan Latolaki di berikan oleh raja konawe adalah pengakuan terhadap murhum sebagai putra suku tolaki dari golongan bangsawan atau "Anakia" karena hubungannya dengan wasitau cucu Buburanda. 
  6. Dikawinkanlah dengan putri raja konawe Anawai Angguhairah adalah suatu perhargaan pengakuan kepada Murhum sebagai Raja yang kemudian menurunkan keturunan Raja-raja konawe. Bahwa dalam perkawinan ini sebagaimana di ketahui Murhum memperoleh 3 (tiga) putri yaitu:  
  • Wa Ode Poasia 
  • Wa Ode Lepo-lepo 
  • Wa Ode Konawe
        Dari hubungan perkawinan inilah sehingga generasi kaum tolaki yang berkaitan darah dengan Murhum mempunyai hubungan genealogis dengan Raja-raja Majapahit, kekaisaran China, dan sultan2 buton melalui garis keturunan Murhum.

 ( sumber: buku " Demokrasi Lokal Darul Butuni" karya LM Syarif Ma'mum )