THE CONTROVERSIAL OF NATIONAL EXAM IN INDONESIAN



NATIONAL EXAM IN INDONESIAN


National exam or UN (ujian nasional ) in Indonesian is one  of the ways to  evaluating student ability  who carried out by government and following  national standart . Now  Mendikbud (Culture and Education Minister) muhadjir effendi  will be stopped accomplishing UN or  we can call UN Morotarium.  if president jokowi agree with that so accomplishing UN Morotarium would be started at 2016/2017.of course into  education world  have become hot news   , remembered that  UN has became  evaluation to  student learning in  education. and than , the result of   national exam students ever became    the only standart  of graduation. the problems above appeared more of statement pro and contra  in society,  Because they are not considering the learning process of students for three years and always to depend of that only three days implementation of the UN.

but in this article  I just to  only focus for  two argument that is argument from   education  observer of  Arief Rahman who pro with problem and the other one is argument from Bali governor Made Mangku Pastika that contra with problem

according to Arief Rahman ( education observer) statement is 
Kita ini lulus-tidak lulus dengan satu standar, apakah adil? Kalau daerah terluar, yang guru SD-nya hanya tiga, disamakan dengan Jakarta, saya katakan tidak adil. Kelulusan tidak boleh ujian nasional tapi ujian sekolah yang evaluasi anak, berdasarkan potensi anak di daerah masing-masing," kata pengamat pendidikan Arief Rachman saat dihubungi detikcom, Senin” (28/11/2016)  
(we are graduted or not with only one standart, that’s fair? if  region outside, that have elementary teacher only three, and same as with Jakarta, I say that not fair. Graduation  had not  UN, but UN that would  evaluate to student base on the ability in own region) 

 and  He  say that  implementation of UN as passing standart is fallacie. arief say that UN just  only for mapping to all  region in Indonesian 

and contractdicting with  Made Mangku Pastika (Bali Governor ) statement is
Kan belum diputuskan ya, baru wacana. Ya, saya harapkan sih diambil keputusan yang sebaiknya, karena bagaimanapun kita perlu standar nasional," kata Pastika di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Rabu (30/11/2016) ( that is not finish yet, just only discourse ,ya I hope they can take  a good adjucated, because  we need national Standart ) 

 and according him we are needed national education standart for  prepare human resources to compete  in global, I sure government can take a good solution about  this problem  

to sum up the  statement above I had said that during  several years UN  doing in Indonesian, always become debate and  controversial in society. In  a side  society that agree with it, because. we can’t to equal national standar in eacho ther  region   that no fair. and  the other side of society that disagree with it, because  we need to national standart , with national standart we can evalutate student ability

I can give conclusion to you that we must   support the UN morotarium, because implementation of UN had spent more fund and than during the UN doing national standart still low until now   








EXPEDISI SUKU BAJO (Desa Samajaya Toronipa Kendari)




Expedisi Suku Bajo Oleh Penulis


Tepat pukul 08.00  kami sudah berkumpul di Gedung FIB ( Fakultas Ilmu budaya ) Universitas Halu Oleo untuk bersiap siap  pergi ke kampung bajo, sebagai mahasiswa kami tidak melulu belajar teori di dalam kelas,  tapi hari ini saatnyalah kami akan mempraktekan Ilmu kami di laboratorium, tidak seperti mahasiswa lainnya seperti jurusan Saintek mereka mempunyai Laboratorium tersendiri , tapi bagi kami anak jurusan Soshum maka masyarakatlah yang menjadi satu  satunya Labiratorium untuk mengembangkan ilmu. Hari ini  kami akan melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan)  di perkampungan Bajo tepatnya di Desa Samajaya , Toronipa Kendari
Peserta PKL kali ini melibatkan sebagian dari Mahasiswa Jurusan Bahasa Dan Sastra , yang terdiri dari Program Studi Sastra Inggris  sebanyak 60 orang dan Program Studi Sastra Indonesia sebanyak 70. Khusus kami Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris “014” akan melakukan melakukan penelitian terkait dengan mata kuliah  Comparative Literature (sastra bandingan ), yaitu kami akan meneliti tentang  perbandingan budaya dan tradisi  masyarakat desa samajaya yang mayoritas bersuku bajo dengan suku minoritas/ pendatang seperti suku tolaki dan bugis  yang suadah lama menetap di sana. 
Suasana kampung bajo desa Sama jaya Toronipa Kendari




kami tiba disana  tepat Pada Pukul 09.00,  kami disambut oleh anak anak desa yang sedang melakukan bakti social, mereka cukup bersahabat, sebelum melakukan kegitan, terlebih dahulu kami dikumpulkan untuk melakukan briefing yang di pimpin oleh Dosen pembimbing mata kuliah Comparative Literature, kemudian kami di bagi menjadi 5 kelompok dan masing masing kelompok harus mengunjungi 5 rumah untuk mendapatkan data, tehnik pencarian data disini di lakukan dengan tehnik wawancara/ Tanya jawab langsung dengan masyarakat desa, indicator penelitiannya adalah terkait dengan  adat, istiadat, sistim kepercayaan, pantangan, dan Tradisi yang ada di sana. data data yang kami peroleh nantinya akan kami susun menjadi sebuah laporan singkat 

Setelah selesai briefing, maka saatnya melakukan observasi  dilapangan yaitu dengan mengunjungi rumah rumah penduduk untuk mendapatkan informasi. Rumah yang pertama kali kami kunjungi  adalah sebuah rumah papan yang cukup sederhana , setelah mengucapkan salam kami pun disambut oleh seorang penghuni rumah  dan  di persilahkan masuk, Informan kali ini adalah seorang ibu  yang berumut 40 tahun, namanya adalah ibu Suriani, dia adalah suku tolaki  setelah memperkenalkan nama dan menyampaikan tujaun kami, ibu suriani siap memberikan informasi.  beberapa informasi yng kami dapat adalah bahwa masyarakat Suku  Bajo disini   memiliki beberapa kepercayaan yang masih  pegang teguh diantaranya bahwa Tidak boleh membuang kopi dan lombo (cabe) kelaut, selain  itu mengenai Ritual adat ada sebuat ritual tahunan yang di lakukan masyarakat disini tempatnya  di pulau Bokori. karena Ibu Suriani  adalah  suku pendatang dia tidak terlalu tahu banyak tentang hal  tersebut, Namun menurut dia suku Bajo tersebut banyak memiliki tradisi yng masih di pegang teguh sampai sekarang dibandingkan dengan suku tolaki yang sudah modern. 

Lain juga dengan Asdia ( 30 tahun ) dia adalah suku Bajo asli yang menikah dengan  Orang Tolaki, meurut dia system perkawina disini mengikuti adat dari perempuanya, misalanya perempuannya adalah seorang bajo asli yang menikah dengan laki laki  suku bugis atau tolaki maka laki laki   tersebut harus mengikuti adat istiadat suku bajo karena perempuannya berasal dari suku bajo. begitupun sebaliknya. mengenai ritual adat , ada sebuah ritual adat yang dilakukan setiap tahun yang dinamakan “Ritual Adat Tolak Bala “ dimana ritual tersebut dilakaukan ketika ada bencana kelaparan atau  kematian  yang melanda desa , ritual tersebut di pimpin oleh “Imah” (Imam kampung )  yang dilakukan dengan meletakan sesaji di laut, setelah itu mereka akan membagikan air air doa kepada warga kampung umtuk di minum,  selain itu ada juga ritual  “Torobunda” yaitu ritual ketika seorang pertama kali  menancapkan  Bilek/serong dengan tujun agar mendapatkan penghasilan yang banyak dari  bilek/serong tersebut, ritual tersebut dilakukan dengan mengundang seluruh warga untuk makan dan minum diperahu disekitar bilek/ serong yng ditancapkan  , semakin banyak warga yang datang maka dipercaya akan semakin banyak penghasilan dari bilek/serong tersebut. terkait dengan pantangan atau pemali menurut dia ada beberapa pantangan/pemali masih dipecaya oleh  masyarakat  bajo diantaranya yaitu tidak boleh  mengeluarkan anak kecil yang baru lahir dari rumah kecuali sudah berumur 7 bulan, mereka juga masih percaya  apabila seseorang pergi melaut tidak  boleh mengatakan “tidak ada”  apabila di menanyakan peralatannya , kalau dilakukan maka yng melaut tersebut tidak akan mendapatkan hasil,  selain itu mereka juga masih percaya bahwa penyuh merupakan hewan yang dikeramatkan dan tidak boleh di tagkap dan masih banyak lagi.

Informan terakhir yang kami datangi adalah  Imam desa  bernama pak  Syamsul (40 tahun)
menurut dia dan awalnya suku bajo itu berasal dari Johor (Malaysia) dan Filipina mereka merupakan suku yang Nonmaden( berpindah pindah) menurut pesebaran hasil laut sebagai mata pencahariannya, namun seiring perkembangan jaman dan masyarakat bajo sudah banyak yang berpendidikan maka tradisi nonmaden tersebut tidak lagi di laksanakan, sejak dulu masyarakat suku bajo sudah memeluk agama islam dan mereka mempunyai yaitu  bahasa persatuan  yang menjadi cri khas tersendiri. terkait dengan adat istiadat menurut beliau ada beberapa  ada beberapa adat istiadat masyarakat bajo yng perlu di ketahui seperti adat perkawinan masyarakat bajo itu terdiri atas dua yaitu satu Sialiang ( kawin lari) yang dilakukan secara singkat tanpa banyak persyaratan dan  yang kedua yaitu  “Boteh”(nikah resmi ) yang dilakukan denga beberapa persyaratan dan ritual ritual adat, adapun persyaratannya apabilah ingin menikah dengan suku bajo adalah harus menyiapkan selembar Kain putih dan uang senilai 88 Real Arab. Juga adat istadat mengenai upacara  kematian/ kedukaan,  khusus masyarakat bajo mereka akan melakukan ritual doa bersama pada hari ke 3,7 ,10. apabila suadah mencapai hari ke 10  maka doa bersama akan dilanjutkan  setiap sepuluh hari sekali sampai selesai hari ke 100. terkait dengan perbandingan budaya antara suku bajo dan suku lainnya seperti tolaki dan bugis yang ada di Desa Samajaya menurut dia ada beberapa perbedaan yang mencolok diantaranya yaitu suku bajo masih menjunjung tinggi  adat dan istiadatnya dibandinkan dengan suku lainnya yang kebanyakan sudah  di pengaruhi oleh globalisasi misalnya saja mereka masih mempercayai pantangan pantangan yang dilarang oleh adat selain itu masyrakat bajo juaga kehidupannya tidak bisa di pisahkan dengan laut
           

PERGI JAM 6 TIBA JAM 6 ( MAKASSAR - JAKARTA)

(catatan 22 maret 2016)



Sore itu kami tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makassar pada pukul 17.45 WITA, setelah melakukan perjalana selama kurang lebih satu jam dari Kendari, cahaya remang remang sang mentari   sore itu itu seakan mengatakan  selamat datang  di kota Daeng ( Makassar) kepada kami, di tamabah dengan hawa  Kota Makassar yang cukup dingin sore itu seakan menjadi pertanda bahwa sebentar lagi sang penguasa siang akan meninggalkan peraduannya,cukup melelahkan memang tapi itu tidak menjadi hambatan buat Kami  untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Bandara soekarno-Hatta Jakarta. setelah melakukan check in dan dan melewati pintu pemeriksaan  kemudian kami diarahkan menuju Ruang tunggu untuk menunggu pengumuman keberangkatan selanjutnya. ya, menunggu lagi , itulah suatu pekerjaan yang sangat menyebalkan ,  saya teringat dengan lirik lagu dari band asal Kendari  “Zifilia” yang liriknya  “menungggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku” Kira-kira begitulah  gambaran perasaan kami  yang sedang  Duduk di Ruang Tunggu 

 setelah lama menunggu tiba tiba terdengar  pengumuman bahwa Penerbangan dengan Rute Makassar-Jakarta silahkan menuju Gate 6. Rombongan kamipun mulai bergegas menuju gate 6 sambil masing menyodorkan Boarding Pass pada petugas, tidak terasa sebentar lagi kami akan meninggalkan Makassar dan akan segera tiba di Jakarta. kami mulai memasuki Burung Besi yang bertuliskan  LION  AIR   dan  nantinya burung besi inilah yang   akan membawa kami menuju  Sang Ibu kota Indonesia. burung besi itu mulai mengerahkan seluruh kekuatanya untuka lepas landas dan akan membawa kami terbang melintasi angkasa bersama indahnya sang mentari sore,  saya mulai melirik jam tangan dan  saat itu menunjukan pukul 18.00 Wita, yang Berarti  kami akan segera meniggalkan kota  daeng yng terkenal dengan uang “Panainya”. selamat tinggal kota Daeng 

       Langit sore itu Nampak begitu indah, Saya sangat bersyukur karena perjalanan kali ini ditemani oleh angin dan awan sore yang berarak-arakan menemani sang mentari kearah barat  , searah dengan perjalanan saya menuju kearah barat Indonesia tepatnya pulau Jawa. setelah  pramugari selesai mempraktekan simulasi keselamatan selama di  pesawat , masing masing penumpang mulai sibuk dengan kegiatanya, kali ini saya duduk tepat disamping jendela sang burung besi,  dengan jelas saya  memandang  langit sore  dengan  awan merahnya  saling berkejar kejaran tanpa lelah menemani sang mentari yang sebentar lagi akan pergi  di telan waktu  ,   Indah sekali, Betapa bagusnya ciptaan tuhan pada sore ini, seakan menjadi pertanda kebesaran tuhan sang pencipta alam semesta 

         Sang Waktu terus bergulir dengan lancarnya , terdengar pengumuman dari Pramugari bahwa 15 Menit Lagi  sang burung besi akan segera mendarat,  pertanda bahwa   sebentar lagi kami akan tiba di tempat tujuan, sang burung besi dengan gagahnya mulai melintasi langit Kota Jakarta yang berkilaun diterangi oleh lampu lampu jalan dan bangunanan  , mata sayapun begitu dimanjakan dengan pemndangan ini , tidak terasa tibalah saatnya sang burung besi ini mulai mengayunkan kakinya untuk segera mendarat, Alhamdulillah akhirnya Kami tiba dengan selamat , setelah mengemasi barang saya beserta rombongan mulai bergegas menuju pintu kedatangan  Tiba- tiba saya terkejut  melihat jam dinding yang menunjukan Pukul 18.00,  itu artinya perjalanan saya tadi dari Makasar ke Jakarta  tidak memakan waktu, saya mulai bingung dengan kejadian  ini, apakah mungkin ini efek dari perpindahan waktu dari WITA ke  WIB atau ada kemungkinan yang lain  , ada baikanya persoalan kita tanyakan saja pada  sang penemu teori relativitas  “ Robert Einstein

Bersambung.....!!

THE CONTROVERSIAL OF NATIONAL EXAM IN INDONESIAN



NATIONAL EXAM IN INDONESIAN


National exam or UN (ujian nasional ) in Indonesian is one  of the ways to  evaluating student ability  who carried out by government and following  national standart . Now  Mendikbud (Culture and Education Minister) muhadjir effendi  will be stopped accomplishing UN or  we can call UN Morotarium.  if president jokowi agree with that so accomplishing UN Morotarium would be started at 2016/2017.of course into  education world  have become hot news   , remembered that  UN has became  evaluation to  student learning in  education. and than , the result of   national exam students ever became    the only standart  of graduation. the problems above appeared more of statement pro and contra  in society,  Because they are not considering the learning process of students for three years and always to depend of that only three days implementation of the UN.

but in this article  I just to  only focus for  two argument that is argument from   education  observer of  Arief Rahman who pro with problem and the other one is argument from Bali governor Made Mangku Pastika that contra with problem

according to Arief Rahman ( education observer) statement is 
Kita ini lulus-tidak lulus dengan satu standar, apakah adil? Kalau daerah terluar, yang guru SD-nya hanya tiga, disamakan dengan Jakarta, saya katakan tidak adil. Kelulusan tidak boleh ujian nasional tapi ujian sekolah yang evaluasi anak, berdasarkan potensi anak di daerah masing-masing," kata pengamat pendidikan Arief Rachman saat dihubungi detikcom, Senin” (28/11/2016)  
(we are graduted or not with only one standart, that’s fair? if  region outside, that have elementary teacher only three, and same as with Jakarta, I say that not fair. Graduation  had not  UN, but UN that would  evaluate to student base on the ability in own region) 

 and  He  say that  implementation of UN as passing standart is fallacie. arief say that UN just  only for mapping to all  region in Indonesian 

and contractdicting with  Made Mangku Pastika (Bali Governor ) statement is
Kan belum diputuskan ya, baru wacana. Ya, saya harapkan sih diambil keputusan yang sebaiknya, karena bagaimanapun kita perlu standar nasional," kata Pastika di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Rabu (30/11/2016) ( that is not finish yet, just only discourse ,ya I hope they can take  a good adjucated, because  we need national Standart ) 

 and according him we are needed national education standart for  prepare human resources to compete  in global, I sure government can take a good solution about  this problem  

to sum up the  statement above I had said that during  several years UN  doing in Indonesian, always become debate and  controversial in society. In  a side  society that agree with it, because. we can’t to equal national standar in eacho ther  region   that no fair. and  the other side of society that disagree with it, because  we need to national standart , with national standart we can evalutate student ability

I can give conclusion to you that we must   support the UN morotarium, because implementation of UN had spent more fund and than during the UN doing national standart still low until now   








EXPEDISI SUKU BAJO (Desa Samajaya Toronipa Kendari)




Expedisi Suku Bajo Oleh Penulis


Tepat pukul 08.00  kami sudah berkumpul di Gedung FIB ( Fakultas Ilmu budaya ) Universitas Halu Oleo untuk bersiap siap  pergi ke kampung bajo, sebagai mahasiswa kami tidak melulu belajar teori di dalam kelas,  tapi hari ini saatnyalah kami akan mempraktekan Ilmu kami di laboratorium, tidak seperti mahasiswa lainnya seperti jurusan Saintek mereka mempunyai Laboratorium tersendiri , tapi bagi kami anak jurusan Soshum maka masyarakatlah yang menjadi satu  satunya Labiratorium untuk mengembangkan ilmu. Hari ini  kami akan melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan)  di perkampungan Bajo tepatnya di Desa Samajaya , Toronipa Kendari
Peserta PKL kali ini melibatkan sebagian dari Mahasiswa Jurusan Bahasa Dan Sastra , yang terdiri dari Program Studi Sastra Inggris  sebanyak 60 orang dan Program Studi Sastra Indonesia sebanyak 70. Khusus kami Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris “014” akan melakukan melakukan penelitian terkait dengan mata kuliah  Comparative Literature (sastra bandingan ), yaitu kami akan meneliti tentang  perbandingan budaya dan tradisi  masyarakat desa samajaya yang mayoritas bersuku bajo dengan suku minoritas/ pendatang seperti suku tolaki dan bugis  yang suadah lama menetap di sana. 
Suasana kampung bajo desa Sama jaya Toronipa Kendari




kami tiba disana  tepat Pada Pukul 09.00,  kami disambut oleh anak anak desa yang sedang melakukan bakti social, mereka cukup bersahabat, sebelum melakukan kegitan, terlebih dahulu kami dikumpulkan untuk melakukan briefing yang di pimpin oleh Dosen pembimbing mata kuliah Comparative Literature, kemudian kami di bagi menjadi 5 kelompok dan masing masing kelompok harus mengunjungi 5 rumah untuk mendapatkan data, tehnik pencarian data disini di lakukan dengan tehnik wawancara/ Tanya jawab langsung dengan masyarakat desa, indicator penelitiannya adalah terkait dengan  adat, istiadat, sistim kepercayaan, pantangan, dan Tradisi yang ada di sana. data data yang kami peroleh nantinya akan kami susun menjadi sebuah laporan singkat 

Setelah selesai briefing, maka saatnya melakukan observasi  dilapangan yaitu dengan mengunjungi rumah rumah penduduk untuk mendapatkan informasi. Rumah yang pertama kali kami kunjungi  adalah sebuah rumah papan yang cukup sederhana , setelah mengucapkan salam kami pun disambut oleh seorang penghuni rumah  dan  di persilahkan masuk, Informan kali ini adalah seorang ibu  yang berumut 40 tahun, namanya adalah ibu Suriani, dia adalah suku tolaki  setelah memperkenalkan nama dan menyampaikan tujaun kami, ibu suriani siap memberikan informasi.  beberapa informasi yng kami dapat adalah bahwa masyarakat Suku  Bajo disini   memiliki beberapa kepercayaan yang masih  pegang teguh diantaranya bahwa Tidak boleh membuang kopi dan lombo (cabe) kelaut, selain  itu mengenai Ritual adat ada sebuat ritual tahunan yang di lakukan masyarakat disini tempatnya  di pulau Bokori. karena Ibu Suriani  adalah  suku pendatang dia tidak terlalu tahu banyak tentang hal  tersebut, Namun menurut dia suku Bajo tersebut banyak memiliki tradisi yng masih di pegang teguh sampai sekarang dibandingkan dengan suku tolaki yang sudah modern. 

Lain juga dengan Asdia ( 30 tahun ) dia adalah suku Bajo asli yang menikah dengan  Orang Tolaki, meurut dia system perkawina disini mengikuti adat dari perempuanya, misalanya perempuannya adalah seorang bajo asli yang menikah dengan laki laki  suku bugis atau tolaki maka laki laki   tersebut harus mengikuti adat istiadat suku bajo karena perempuannya berasal dari suku bajo. begitupun sebaliknya. mengenai ritual adat , ada sebuah ritual adat yang dilakukan setiap tahun yang dinamakan “Ritual Adat Tolak Bala “ dimana ritual tersebut dilakaukan ketika ada bencana kelaparan atau  kematian  yang melanda desa , ritual tersebut di pimpin oleh “Imah” (Imam kampung )  yang dilakukan dengan meletakan sesaji di laut, setelah itu mereka akan membagikan air air doa kepada warga kampung umtuk di minum,  selain itu ada juga ritual  “Torobunda” yaitu ritual ketika seorang pertama kali  menancapkan  Bilek/serong dengan tujun agar mendapatkan penghasilan yang banyak dari  bilek/serong tersebut, ritual tersebut dilakukan dengan mengundang seluruh warga untuk makan dan minum diperahu disekitar bilek/ serong yng ditancapkan  , semakin banyak warga yang datang maka dipercaya akan semakin banyak penghasilan dari bilek/serong tersebut. terkait dengan pantangan atau pemali menurut dia ada beberapa pantangan/pemali masih dipecaya oleh  masyarakat  bajo diantaranya yaitu tidak boleh  mengeluarkan anak kecil yang baru lahir dari rumah kecuali sudah berumur 7 bulan, mereka juga masih percaya  apabila seseorang pergi melaut tidak  boleh mengatakan “tidak ada”  apabila di menanyakan peralatannya , kalau dilakukan maka yng melaut tersebut tidak akan mendapatkan hasil,  selain itu mereka juga masih percaya bahwa penyuh merupakan hewan yang dikeramatkan dan tidak boleh di tagkap dan masih banyak lagi.

Informan terakhir yang kami datangi adalah  Imam desa  bernama pak  Syamsul (40 tahun)
menurut dia dan awalnya suku bajo itu berasal dari Johor (Malaysia) dan Filipina mereka merupakan suku yang Nonmaden( berpindah pindah) menurut pesebaran hasil laut sebagai mata pencahariannya, namun seiring perkembangan jaman dan masyarakat bajo sudah banyak yang berpendidikan maka tradisi nonmaden tersebut tidak lagi di laksanakan, sejak dulu masyarakat suku bajo sudah memeluk agama islam dan mereka mempunyai yaitu  bahasa persatuan  yang menjadi cri khas tersendiri. terkait dengan adat istiadat menurut beliau ada beberapa  ada beberapa adat istiadat masyarakat bajo yng perlu di ketahui seperti adat perkawinan masyarakat bajo itu terdiri atas dua yaitu satu Sialiang ( kawin lari) yang dilakukan secara singkat tanpa banyak persyaratan dan  yang kedua yaitu  “Boteh”(nikah resmi ) yang dilakukan denga beberapa persyaratan dan ritual ritual adat, adapun persyaratannya apabilah ingin menikah dengan suku bajo adalah harus menyiapkan selembar Kain putih dan uang senilai 88 Real Arab. Juga adat istadat mengenai upacara  kematian/ kedukaan,  khusus masyarakat bajo mereka akan melakukan ritual doa bersama pada hari ke 3,7 ,10. apabila suadah mencapai hari ke 10  maka doa bersama akan dilanjutkan  setiap sepuluh hari sekali sampai selesai hari ke 100. terkait dengan perbandingan budaya antara suku bajo dan suku lainnya seperti tolaki dan bugis yang ada di Desa Samajaya menurut dia ada beberapa perbedaan yang mencolok diantaranya yaitu suku bajo masih menjunjung tinggi  adat dan istiadatnya dibandinkan dengan suku lainnya yang kebanyakan sudah  di pengaruhi oleh globalisasi misalnya saja mereka masih mempercayai pantangan pantangan yang dilarang oleh adat selain itu masyrakat bajo juaga kehidupannya tidak bisa di pisahkan dengan laut
           

PERGI JAM 6 TIBA JAM 6 ( MAKASSAR - JAKARTA)

(catatan 22 maret 2016)



Sore itu kami tiba di Bandara Sultan Hasanudin Makassar pada pukul 17.45 WITA, setelah melakukan perjalana selama kurang lebih satu jam dari Kendari, cahaya remang remang sang mentari   sore itu itu seakan mengatakan  selamat datang  di kota Daeng ( Makassar) kepada kami, di tamabah dengan hawa  Kota Makassar yang cukup dingin sore itu seakan menjadi pertanda bahwa sebentar lagi sang penguasa siang akan meninggalkan peraduannya,cukup melelahkan memang tapi itu tidak menjadi hambatan buat Kami  untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Bandara soekarno-Hatta Jakarta. setelah melakukan check in dan dan melewati pintu pemeriksaan  kemudian kami diarahkan menuju Ruang tunggu untuk menunggu pengumuman keberangkatan selanjutnya. ya, menunggu lagi , itulah suatu pekerjaan yang sangat menyebalkan ,  saya teringat dengan lirik lagu dari band asal Kendari  “Zifilia” yang liriknya  “menungggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku” Kira-kira begitulah  gambaran perasaan kami  yang sedang  Duduk di Ruang Tunggu 

 setelah lama menunggu tiba tiba terdengar  pengumuman bahwa Penerbangan dengan Rute Makassar-Jakarta silahkan menuju Gate 6. Rombongan kamipun mulai bergegas menuju gate 6 sambil masing menyodorkan Boarding Pass pada petugas, tidak terasa sebentar lagi kami akan meninggalkan Makassar dan akan segera tiba di Jakarta. kami mulai memasuki Burung Besi yang bertuliskan  LION  AIR   dan  nantinya burung besi inilah yang   akan membawa kami menuju  Sang Ibu kota Indonesia. burung besi itu mulai mengerahkan seluruh kekuatanya untuka lepas landas dan akan membawa kami terbang melintasi angkasa bersama indahnya sang mentari sore,  saya mulai melirik jam tangan dan  saat itu menunjukan pukul 18.00 Wita, yang Berarti  kami akan segera meniggalkan kota  daeng yng terkenal dengan uang “Panainya”. selamat tinggal kota Daeng 

       Langit sore itu Nampak begitu indah, Saya sangat bersyukur karena perjalanan kali ini ditemani oleh angin dan awan sore yang berarak-arakan menemani sang mentari kearah barat  , searah dengan perjalanan saya menuju kearah barat Indonesia tepatnya pulau Jawa. setelah  pramugari selesai mempraktekan simulasi keselamatan selama di  pesawat , masing masing penumpang mulai sibuk dengan kegiatanya, kali ini saya duduk tepat disamping jendela sang burung besi,  dengan jelas saya  memandang  langit sore  dengan  awan merahnya  saling berkejar kejaran tanpa lelah menemani sang mentari yang sebentar lagi akan pergi  di telan waktu  ,   Indah sekali, Betapa bagusnya ciptaan tuhan pada sore ini, seakan menjadi pertanda kebesaran tuhan sang pencipta alam semesta 

         Sang Waktu terus bergulir dengan lancarnya , terdengar pengumuman dari Pramugari bahwa 15 Menit Lagi  sang burung besi akan segera mendarat,  pertanda bahwa   sebentar lagi kami akan tiba di tempat tujuan, sang burung besi dengan gagahnya mulai melintasi langit Kota Jakarta yang berkilaun diterangi oleh lampu lampu jalan dan bangunanan  , mata sayapun begitu dimanjakan dengan pemndangan ini , tidak terasa tibalah saatnya sang burung besi ini mulai mengayunkan kakinya untuk segera mendarat, Alhamdulillah akhirnya Kami tiba dengan selamat , setelah mengemasi barang saya beserta rombongan mulai bergegas menuju pintu kedatangan  Tiba- tiba saya terkejut  melihat jam dinding yang menunjukan Pukul 18.00,  itu artinya perjalanan saya tadi dari Makasar ke Jakarta  tidak memakan waktu, saya mulai bingung dengan kejadian  ini, apakah mungkin ini efek dari perpindahan waktu dari WITA ke  WIB atau ada kemungkinan yang lain  , ada baikanya persoalan kita tanyakan saja pada  sang penemu teori relativitas  “ Robert Einstein

Bersambung.....!!